Kamis, 20 Februari 2014

Se- Berkas



satu dua tiga dari luar jendela
empat lima dan enam dari depan pintu
tujuh delapan sembilan oleh sebuah pena dalam secarik kertas
dan sepuluh serta sebelas dari tautan yang enggan berpaling

Mengetik itu mudah, menyampaikannya yang susah
Berjalan itu sejuk, berlari kecil yang sedikit melelahkan
Tertawa itu menjanjikan dan tangisan adalah kepastian
Pola apakah ini, tanya anak muda itu dalam hati

Tak sampai setahun mungkin..
untuk menorehkan pena ini..
Meyakinkan hati dan perasaan ini,,
Bahwa, bongkahan itu masih ada banyak di luar sana

Dua sisi mata uang pun masih belum dipertemukan
Jika kemampuan hanya bisa saling membelakangi, kemudian yang terjadi adalah..
Hanya punggung yang bisa saling me ratapi..
Kemudian mengiyakan bahwa alur itu sebenarnya tidak pernah ada

Pelajaran..dalam sebuah huruf yang terstukur..
Seandainya jangkaun itu terlalu jauh..
Dengan rendah hati dan kesungguhan diri..
Ia berjalan kembali..

Ingatan dalam sebuah tangisan dan kekecewaan
ada peluh yang mengaliri
Dan dari doa dan sebuah pengharapan..
Selalu ada lembar yang bisa terisi kembali.

-Selamat pagi dari langit yang berganti -

Jumat, 08 November 2013

Setapak.

Jumat malam pukul 20:28

Beberapa hari lalu, aku kembali bersembunyi.
Yang bisa aku sembunyikan, aku sembunyikan.
Wajahku menunduk namun tanganku tetap menggapai
Ternyata.. Hari itu masih terlalu senja

Aku tidak melihatmu di fajar tadi
Parasmu begitu jauh, namun masih ada yang belum terucap
Ya tuhan, derai ini begitu menyakitkan
Haruskah aku berbicara sekarang?
Jika rindu sudahlah begitu lumrah

Kata seorang bijak, aku harus memutuskan
Dimensimu terlalu asing untuk pribadi ini
Bahkan, kamu mempunyai dinding sendiri, yang sudah membuatmu nyaman,,
Untuk apa aku memperkokoh nya kembali.

Dalam tulisan ini aku berbicara
Dalam tulisan ini aku bertanya
Dalam tulisan ini aku ingin berbagi
Jika memang aku masih mampu menyimpannya, aku akan simpan.

Masih untukmu yang sedang terlelap di sana.

Minggu, 28 Juli 2013

Nuansa


Terkadang..kamu mengerti apa itu rasanya dibagi
Mengalah dan terus menerus mengalah, untuk akhirnya kalah dan berlutut padamu
Apa kamu mengerti apa rasanya menjadi pandangan semua sudut
Menjadi yang menopang segala urusan ketika aku seharusnya tidak seperti itu
Seharusnya aku tidak seperti itu..

Berapa usiamu kini?
Apakah dinding itu masih tetap kokoh
Apakah kamu tidak memiliki rasa letih untuk sekedar menyusahkan orang lain
Apakah kamu akan selalu beranggapan dirimu memiliki titah untuk ini semua
Kamu tidak memiliki titah itu..

Kamu hanya anak muda yang termakan buruknya zaman
Hanya seenggok nyawa yang selalu memaksakan bagian yang di titipinya
Dirimu tidak lebih dari segelas air ditengah kuatnya arus sungai
Apa kamu senang menang sekarang
Apapun yang kamu sebut kemenangan, itulah ada keadaan terpurukmu dengan kesedihan dan kekalahanmu nanti.

Sabtu, 27 Juli 2013

Surgawi di penghujung mentari.

12 Januari 2022

Guratan garis itu penuh warna
Melengkung pasi diatas sebuah jendela usang
Semakin lama warnanya semakin memudar
Dan pada akhirnya melebur dalam kebiruan

Pada tempat yang sama ia melihatnya
Indah pada hari ini lalu memucat dan akhirnya pergi
Guratan itu juga menyaksikan "birunya" gadis itu disini
Gadis yang hanya bisa bersembunyi dari gelapnya sebuah kenyataan

Ia mulai mencoba mengimbangi guratan tadi
Gadis itu mencoba kembali menatap dunia yang dahulu tidak hanya kerangka seperti ini
Tapi sayang, langkah yang ia miliki begitu lamban
Kerangka itu sudah tak lagi utuh, kepingannya pun sudah entah dimana

Lalu gadis itu memutuskan untuk kembali
Mungkin memang ia tak pantas mengimbangi guratan pasi tadi
Hidupnya masih terlalu getir untuk ia lanjutkan
Mencari kepingan itu pun sudah cukup sulit untuknya

Sekilas, gadis itu menenggalamkan wajahnya ke dalam sapuan ombak
Menghantarkan tubuhnya kepada hempasan air yang menimpa setengah dari tubuhnya
Ia berteriak, namun dalam sapuan air yang mengelilinginya
Mengapa harus terjadi pada dirinya?

Waktu berlalu mengubah fajar menjadi senja
Gadis itu akhirnya kembali, tertunduk lemas dan menyeka butir halus pada kelopak mataya
melingkarkan kedua tangan pada tundukan kepalanya
Ada yang berubah hangat, bukan senja yang kini telah tenggelam, tapi ada seseorang disana

Dimana? Dibalik pohon itu? Bukan, bukan disana
Apakah diantara ribuan manusia ini ? Tidak, ia bukan disana juga
Kemudian gadis itu menatap sayu kembali sang pusara biru
"mungkin ia masih disini" dengan pasi juga ia menjawab lirih


Senin, 22 Juli 2013

Miss Clues


Yang pernah hadir pun akhirnya memiliki jejak yang ditinggalkan
Sebagian orang mengingatnya sebagai sebuah kenangan
Ada yang menyenangkan, tapi ada pula yang pilu
Menyebutnya sebagai aksara untuk menyusun sebuah kata rindu

Apa kabarnya dengan pengganti?
Jika terlalu sulit, mungkin mereka belum menemukan pengganti yang lebih baik.
Mungkin juga, tidak ada pengganti yang sebaik mereka
Mungkin juga terlalu sulit menemukan yang sebaik itu.

Ada sebuah raga, ia dititipi sebuah jiwa
Jiwa itu tumbuh semakin dewasa
Ia bisa memutuskan kini, apa yang ia kehendaki
Termasuk untuk tinggal memantaskan diri ataupun mencari seorang pengganti

Ada kalanya sepenggal cerita lain datang
apakah sekedar menemani atau tulus untuk melengkapi
Buku usang itu pun kembali gusar, mengingat apa yang harus ia putuskan
Membuang halaman lama dan menggantinya dengan halaman baru
Ataukah mempertahankan halaman lama yang sudah purna

Sepasang jiwa itu kini terpisah
Tapi keduanya masih dalam dimensi yang sama
Aku menyebutnya dalam aksara kegetiran
Antara melanjutkan cerita masing-masing
atau sekedar kembali untuk sama-sama mengatakan Perasaan itu masih sama

- Pada Kamar Usang pukul 21:02-

Rabu, 17 Juli 2013

When The Life is "They Life"


Hari ini belajar lagi dari Hidup dua orang yang berbeda

Pengertian lemah yang sebenarnya menyimpan kekuatan
Kata-kata kuat yang sebenarnya menyembunyikan kelemahan
Rasa ketakutan yang mendominasi, kemudian di aplikasikan menjadi semacam rengekan bocah cilik
Tuhan itu tidak pernah tertidur kawan.

Orang lain di luar sana yang bergelimang segalanya memiliki cerita lain
Ia menikmati yang secara manusiawi untuk dirinya, namun secara norma bukan untuk dibagikan kepada orang lain.
Ia mempertahankan itu semua dengan keyakinannya, namun ia lupa satu hal
Ia yang dia miliki, sesungguhnya bukan merupakan miliknya yang abadi

Jika bicara hidup, siapa yang tidak ingin hidupnya sempurna.
Namun masih banyak yang tidak sadar, kesempurnaan itu diciptakan, bukan dicari.
Wanita itu, siapa yang tidak tahu, tapi sayang ia luput beberapa hal.
Bahwa hidup bukan hanya mendapat apa yang kita inginkan.

Pria di cerita lainnya kini sangat muram, aku mengerti apa yang ia rasakan
namun awan tidak selamanya kelabu, yang terang pasti akan menggantikan yang gelap
Di penghujung jalan, semua akan menggengam tangannya yang kini mulai tertatih
Menciptakan senyumnya kembali, untuk menjelaskan suatu hal.

" Mengenai sebuah kotak yang menyimpan suatu perlengkapan dengan utuh, pemiliknya bisa berganti, tapi ketika isi dalam kotak dijaga keutuhannya, ia akan terus tersimpan"

Dan disinilah kita berada sekarang, dimana kotak itu adalah hati yang kita punya.

Selamat malam.
Allah selalu bersama hambanya yang kuat.

Minggu, 14 Juli 2013

Sebuah Negara


Teruntuk yang terbaik di  negara Pena...

Apakah aku boleh mengaduh untuk kali ini?
Apakah aku harus selalu berwajah pilu di hadapanmu? untuk membuatmu sekedar bertanya keadaanku?
Apakah aku harus selalu seperti selongsong itu, untuk sekedar menunjukan aku baik-baik saja disini?
Apakah aku tidak boleh mengucap kembali bahwa aku menginginkan bahu itu untuk aku beristirahat?

Kami dihubungkan oleh sebuah satelit, yang dahulu sinyalnya sangat kuat, dan kini mulai meredup
Satelit ini menghubungkan kami dalam posisi dan koordinat yang berbeda
Di suatu senja, aku mampu melihat koordinatnya dengan sangat jelas, dimana kami bisa saling menunjukan wajah kami masing-masing, meski tidak perlu menyatakan sesungguhnya, ada ingin yang disampaikan dari sepasang mata yang saling menatap dan senyuman kecil yang dicoba untuk disembunyikan

Namun di senja yang lain, satelit itu tetap menghubungkan koordinat kami, hanya aku lebih tepatnya, koordinat dimana ia seharusnya berada tidak mampu aku baca dengan tepat, mungkin bisa aku sebut "menghilang". Pertanyaannya kini..

Dimanakah kordinat itu berada?

Ia menempati ruang hampa yang gelap dalam sebuah kotak yang bentuknya tidak beraturan dahulu.
Ia menjadikannya terang sedikit demi sedikit, menjadikan kotak itu menjadi lebih leluasa untuk dijadikan tempat pijakan dan ruang yang luas untuk sekedar membuat pemiliknya damai.
Ia mengajarkan waktu yang lama, dengan keadaan yang begitu hampa masih bisa diperbaiki walau dengan kesabaran dan ketabahan yang lebih.

Entah apa namanya, apakah kotak ini harus kembali seperti bentuknya yang dahulu?

Terkadang aku gusar, merasa tidak yakin untuk menjalani keadaan dalam satelit ini, kemudian ia hanya mengatakan ini 

" Jika kamu mengatakan kamu memerlukan waktu untuk menyelesaikan urusan pada koordinat dimana kamu berada, aku akan memberikannya, berapapun yang kamu minta, apakah itu dalam hitungan hari? minggu? bulan? atau mungkin bahkan tahun? akan aku berikan"

" Aku hanyalah seseorang yang menunggumu untuk berada dalam koordinatku, jangan jadikan aku tujuan utama mu, kamu masih punya impian yang sedang kamu bangun untuk kamu capai, meski terkadang mungkin aku dan koordinatku disini menjadi salah satu tujuan yang ingin kamu capai, silahkan saja, tapi jangan kamu jadikan aku sebagai tujuan utamamu"

Kemudian aku bertanya, kenapa tidak boleh? dengan wajah berkaca ia menjawab :

" Karena aku tidak ingin kamu mengorbankan terlalu banyak hal dalam hidupmu, cukup aku saja yang seperti itu disini, aku tidak ingin kamu merasakan beban yang lebih berat dalam hidupmu, aku hanya ingin meringankan bebanmu, bukan menambahnya, itu saja"

Aku memjamkan mata perlahan, air mata itu turun, kemudian di sudut lain, ia menjelaskan kembali frekuensinya :

" Hal lain yang aku inginkan selain agar kita dapat secepatnya dipertemukan dalam koordinat yang sama adalah, agar engkau tidak menangis seperti ini lagi, maafkan, aku yang membuatmu dalam situasi yang sulit ini, aku mohon, tersenyumlah, bahkan aku tidak mampu membuatmu tersenyum, seandainya aku bisa, apapun akan kulakukan, tapi koordinatmu terlalu jauh dan terlalu sulit" 

Aku mengajukan kembali pertanyaan kepadanya :

" Apakah dalam jenjang waktu yang kamu berikan, tidakkah kamu coba untuk sekedar mencari keberadaan koordinat aku dimana? sekedar untuk mendekatkan keberadaan kita masing-masing?"

Ia terdiam sesaat, kemudian mulai menjelaskan kembali, 

" Dengarkan aku baik-baik, kamu percaya takdir? Itulah yang sedang terjadi sekarang, Tuhan menginkan kamu berada dalam hidupku, ia mengirimmu kepadaku meski dalam situasi yang sulit seperti ini, engkau mengatakan ingin mencapai mimpi yang sudah kamu bangun sejak lama, itu hal yang kamu inginkan, aku pun sama, memiliki keinginan, dan keinginan kita berbeda, tapi tidak berarti tidak bisa menjadi selaras bukan?"

" Aku berikan kamu waktu untuk kamu mengejar apa yang kamu inginkan, berapapun waktu yang kamu perlukan, Disini, dalam koordinatku berada, aku berusaha yang terbaik, tidak ada apapun yang bisa menghalangi untuk koordinat kita  saling berdekatkan, seandainya ada, mungin hanyalah izin ALLAH yang belum mengizinkan sekarang"

" Aku tidak bisa menjanjikanmu apa-apa, untuk kamu bersedia menjalani semua bersamaku dalam situasi sesulit ini pun, aku sudah bersyukur, betapa berharganya dirimu, untuk itu aku mohon kepadamu, dengan sangat. Ketika kamu tidak menemukan koordinatku dimana aku seharusnya berada disana, jangan berfikir aku menghilang dari satelit ini, pergunakan waktu yang kamu miliki dengan sangat baik, untuk menyelesaikan apa yang kamu perlu selesaikan, dan habiskan ia untuk hal-hal yang mampu membuatmu tersenyum, apapun"

" Jangan bertanya mengenai rindu, jangan tanyakan betapa luas batas kesabaran, jangan bebani fikiran mu dengan pertanyaan-pertanyaan seperti itu, aku menyimpanmu dalam sebuah tempat yang istimewa, kamu pun demikian, untuk saat ini, kita memiliki tugas yang harus kita selesaikan, berapapun lama waktunya, tak apa. Aku membiarkanmu hangat disini, dalam sanubari tulus seorang pria yang menjadikanmu sebagai masa depannya, tidak akan aku ganggu, sampai kamu benar-benar menyelesaikan tugasmu "

" Ketika kita masing-masing sudah selesai dengan tugas kita, aku akan datang kedalam koordinatmu, membuatmu semakin dekat dengan keberadaanku, dan menjalani tugas selanjutnya, tugas yang aku sebut sebagai tugas masa depan, Fikirkan itu saja, Tugas itu bisa diselesaikan satu persatu, jangan mempersulit dirimu "

Ia meyakinkan dengan caranya, kewajiban kami masih banyak, suatu saat aku akan merasa aku membutuhkan kehadirannya, dan disaat yang sama pula, aku tidak bisa meraihnya, lalu aku bertanya, "Bagaimana jika seperti itu? " kemudian ia menjawab hangat

" Kamu bisa meraih aku, dengan komunikasi yang kita miliki, tapi aku sarankan jangan, kamu gadis yang kuat, aku tidak ingin merusak rencana mu untuk mencapai semua mimpimu, aku pun demikian, katakanlah jika aku merindukan mu, aku akan menghubungimu, permasalahannya sekarang adalah, bagaimana jika aku merindukanmu setiap waktu? apakah aku harus mengganggumu setiap waktu pula? Akan ada waktunya kita mengatakan itu semua, tapi tidak setiap waktu, aku hanya tidak ingin memperlambat jalanmu saja, tapi jika memang tidak bisa, telah kutinggalkan informasi apapun yang mampu membuatmu mengerti untuk menghubungiku, atau pun aku sebaliknya "

" Namun ketika aku rindu teramat padamu, aku mencoba menghubungimu berulang kali, dan ketika tidak ada jawaban darimu, aku sadar, aku telah menggangu sebagian waktu yang kamu punya, aku tidak akan seperti itu lagi, meski mungkin waktu itu kamu tidak menjawab karena kamu tidak sadar bahwa aku menghubungimu, tak apa, aku tau apa yang sedang kamu lakukan disana adalah kebaikan untuk mu mencapai mimpi yang kamu inginkan, dan aku percaya akan doaku kepada Yang Maha Kuasa, untuk menjagamu agar baik-baik saja, bersabarlah wahai engkau yang sangat berharga"

Entah apalagi yang sedang berusaha ia sampaikan...
Ia membuat ruang yang dahulu sempit itu kini semakin leluasa untuk mendamaikan perasaan pemiliknya, semakin menerima dan menjaga arti dari kesabaran dan ketulusan yang sedang ia berusaha sampaikan.

" Biarkan proses ini menjadikanmu sebagai wanita yang sangat berharga, waktu dan kesabaran yang bersedia kamu luangkan, biarkan itu yang menjadi pemupus luasnya koordinat lain disekeliling kita, Berapapun jauhnya ia, dalam setiap jarak yang ada, harapan akan selalu ada, dibalik tulusnya dirimu, kesabaran, dan kesetiaan yang sedang kamu perjuangkan " ( Pria di sebuah negara Pena, 2013)